Perminan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu
keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Apabila ketermpilan yang
diperoleh dalam permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, permainan
tersebut dinamakan permainan bahasa (Soeparno,1998:60). Sebenarnya dalam
kegiatan mengajar guru sering menggunakan permainan, tetapi pada umumnya masih
menerpakannya sebagai teknik pengajaran bahasa.
Permainan bahasa mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk memperoleh kegembiraan
sebagai fungsi bermain, dan untuk melatih keterampilan berbahasa tertentu
sebagai materi pelajaran. Bila ada permainan mengembirakan tetapi tidak
melatihkan keterampilan berbahasa, tidak dapat disebut permainan bahasa. Demikian
juga sebaliknya, bila permainan itu tidak menggembirakan, meskipun melatihkan
keterampilan berbahasa tertentu, tidak dapat dikatakan permaian bahasa. Untuk
dapat disebut permainan bahasa, harus memenuhi kedua syarat, yaitu
menggembirakan dan melatihkan keterampilan berbahasa.
Permainan bahasa tidak dimaksudkan untuk mengukur atau mengevaluasi hasil
belajar siswa. Kalaupun dipaksakan, bukan alat evaluasi yang baik, sebab
permainan bahasa tersebut mengandung unsur spekulasi yang cukup besar (Soepamo,
1998). Hal tersebut dapat dimengerti, sebab sekelompok anak, atau seseorang
anak yang menang dalam permainan belum tentu secara utuh mencerminkan
siswa pandai. Demikian juga siswa yang kalah dalam permainan, belum tentu
mencerminkan siswa yang kurang pandai. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan suatu permainan.
Ada beberapa foktor penentu keberhasilan permainan bahasa. Menurut Soepamo
(1998:62) ada empat faktor yang menentukan keberhasilan permainan bahasa di
kelas, yaitu: (1) faktor situasi dan kondisi, (2) faktor peraturan permainan,
(3) faktor pemain, dan (4) faktor pemimpin permainan.
Dalam situasi dan kondisi apapun sebenarnya permainan bahasa dapat
dilakukan. Namun, agar efektif, tetap saja harus memperhatikan situasi dan
kondisi. Permainan bahasa yang menimbulkan suara gaduh kepada kelas lain, tentu
tidak menguntungkan. Demikian juga permainan bahasa yang terlalu sering atau
permainan yang terlalu memakan waktu lama akan membosankan siswa.
Ciri utama permainan yang membedakan dari bermain adalah adanya peraturan.
Peraturan tersebut harus diketahui, dipahami, ditaati, dan disetujui oleh
seluruh pemain. Dengan demikian, peraturan harus benar-benar dipahami siswa dan
harus tegas dan jelas. Guru sebagai pengatur jalannya permainan hendaknya
menjelaskan peraturan tersebut sebelum permainan dimulai. Janga sampai ada
pertaturan yang baru diberitahukan setelah kejadian atau kekacauan muncul.
Pemain, dalam suatu permainan harus taat pada aturan main. Dengan demikian, seorang pemain akan menjunjung sportivitas,
bila ada pemain tidak sportif maka akan terjadi kekacauan. Dalam melakukan
permainan, pemain harus melakukan dengan srius, sebab tanpa ada keseriusan
tidak mungkin permainan berjalan dengan baik. Hendaknya siswa diberi dorongan
untuk bermain dengan sungguh-sungguh, jangan sampai bermain sambil main-main.
Dalam permainan yang bersifat kompetitif (pertandingan), harus diuasahakan
agar kekuatan kedua belah pihak yang bertanding seimbang. Permainan yang tidak
seimbang akan membuat kelompok yang lemah menjadi frustasi dan permainan
menjadi kurang seru. Biasanya suatu
permainan dipimpin oleh pemimpin permainan atau juri yang akan menilai
permainan itu. Di dalam konteks kelas, pemimpin permainan adalah guru.
Seorang pemimpin permainan selain harus tahu betul peraturan permainan, ia
juga harus tegas, adil, jujur, berwibawa, dan cekatan dalam mengambil
keputusan. Kalau ragu-ragu
atau tidak tegas, amaka permainan akan berdampak negatif.
Permainan bahasa dalam pelaksanaannya memiliki kelebihan dan kekurangan. Soepamo
(1998:64) mengungkapkan kelebihan dan kekurangan permainan bahasa sebagai
berikut. Kelebih permainan bahasa ialah: (a) permainan bahasa sebagai metode
pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar,
(b) aktifitas yang dilakukan siswa bukan hanya fisik tetapi juga mental, (c)
dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar, (d) dapat memupuk rasa
solidaritas dan kerjasama, (e) dengan permainan materi lebih mengesankan
sehingga sukar dilupakan.
Kekurangan permainan bahasa ialah: (a) bila jumlah siswa terlalu banyak
akan sulit melibat seluruh siswa dalam permainan, (b) tidak semua materi dapat
dilaksanakan melalui permainan, (c) permainan banyak mengandung unsur spekulasi
sehingga sulit untuk dijadikan ukuran yang terpercaya.
Macam-macam permainan bahasa
Macam-macam permainan bahasa
Ada beberapa macam permainan yang dapat diguanakan untuk pembelajaran
Bahasa Indonesia. Beberapa contoh diantaranya sebagai berikut:
1.
Bisik berantai; Permainan ini dilakukan dengan cara setiap siswa harus membisikkan suatu
kata (untuk kelas rendah) atau kalimat atau cerita (untuk kelas tinggi) kepada
pemain berikutnya. Terus berurut sampai pemain terakhir. Pemain terakhir harus
mengatakan isi kata atau kalimat atau cerita yang dibisikkan. Betul atau salah?
Bila salah. Dimana atau siapa yang melakukan kesalahan. Permainan ini dapat dilombakan dengan cara berkelompok.
Permainan ini melatih keterampilan menyimak atau mendengarkan
2.
Kim Lihat (lihat katakan); Sediakan beberapa benda atau sayuran, atau buah-buhan
dalam suatu kotak tertutup. Siswa berkelompok, seorang siswa anggota kelompok
harus melihat satu benda yang ada di dalam kotak. Setelah dilihat jelas, siswa
tersebut harus menjelaskan sejelas-jelasnya kepada kelomponya, baik
ciri-cirinya, rasanya, warnanya atau apa saja yang dapat dilihatnya. Anggota
kelompok yang lain harus mengambil benda yang dijelaskan oleh siswa yang
melihat tadi. Kelompok yang paling cepat dan paling banyak mengambil benda dalam
kotak itulah yang menang. Permainan ini untuk melatih keterampilan berbicara
dan menyimak
3.
Aku seorang detektif; Permainan ini dilakukan berpasangan. Seorang siswa
menjadi ditektif, seorang lagi menjadi informan. Informan harus
menentukan-memilih salah seorang dari temannya yang ada di kelas sebagai
penjahat yang akan dicari oleh ditektif. Ia harus memberi keterangan secara
tertulis yang sejelas-jelasnya tentang penjahat yang akan dicari ditektif.
Ditektif membaca informasi tertulis dari informan dan menerka siapa yang
menjadi target pencarian di kelas itu. Setelah selesai posisi diubah, yang
tadinya informan menjadi ditektif dan tadinya ditektif menjadi informan.
Permainan dapat difariasikan dengan sasaran yang dicari dari foto atau gmbar
dari koran. Permainan ini untuk melatih keterampilan membaca dan menulis
4.
Bertanya dan menerka; para siswa dibagi dua kelompok. Kelompok satu sebagai
penjawab dan kelompok kedua sebagai penannya. Kelompok penjawab harus
menyembunyikan satu benda yang akan diterka oleh kelompok penannya dengan cara
memberi pertanyaan yang mengarah kepada benda yang harus diterka. Setiap
anggota kelompok penanya diberi kesempatan untuk memberikan satu pertanyaan
kepada kelompok penjawab. Kelompok penjawab hanya boleh menjawab ”ya” atau
”tidak”. Setelah seluruh anggota kelompok bertanya, maka kelompok harus
berunding dari hasil jawaban penjawab, benda apa yang disembunyikannya itu.
Bila dapat diterka, maka kelompok penanya mendapat nilai. Permainan ini untuk
melatih berbicara dan berpikir analitis
5.
Baca lakukan. Permainan ini untuk kelas rendah yang sudah bisa membaca. Dilakukan
berpasangan. Seorang anak harus membaca suruhan tertulis yang dibuat guru,
pasangan harus melakukan apa yang diperintahkan dalam bacaan. Perhatikan
Misalnya saya harus merunduk. Saya memegang lutut kiri. Saya menari sambil
memegang kepala. Guru memperhatikan beberapa perintah yang dilaksanakan dengan
benar dan apakah pembaca membaca perintah dengan benar. Permainan dilakukan
bergantian. Permainan ini untuk melatih membaca dan menyimak.
6.
Bermain telepon. Permainan ini untuk kelas rendah. Siswa secara berpasangan harus
mempersiapkan alat untuk menelpon, baik telepon biasa maupun telepon genggam.
Siswa harus menelpon temannya menanyakan pekerjaan rumah atau buku pelajaran
yang dibawa besok hari. Biarkan siswa mengembangkan percakapannya sendiri,
kecuali kalau terhenti, guru memberi pancingan berupa pertanyaan kepada siswa. Guru memperhatikan cara siswa mengungkapkan gagasan dan
kalau perlu cara pelafalan yang benar. Permainan ini untuk melatih berbicara.
7.
Meloncat bulatan kata. Buatlah bulatan-bulatan dari kertas karton, kira-kira
sebesar piring. Tulislah nama-nama susuna keluarga, misalnya; ayah, ibu, kakak,
adik. Pasanglah bulatan kata itu di lantai.
Bentuklah siswa menjadi beberapa kelompok. Seluruh siswa setiap kelompok
meloncati bulatan kata yang diucapkan kelompok lain atau guru. Misalnya loncat
ke kakak, loncat ke ibu, loncat ke adik. Dengan demikian, setiap anak membaca
bulatan untuk diinjak. Lebih meningkat
lagi, bulatan kata bisa dalam bentuk yang lebih sulit, misalnya kata yang bila
digabung menjadi kalimat. Kata dalam bulatan disebar di lantai dan memungkinkan
dapat menyusun beberapa kalimat bila diloncati dengan benar. Misalnya: Ayah
pergi ke pasar. Ayah membawa buku. Jadi siswa harus loncat ke ayah, pergi ke
dan pasar. Permainan ini untuk membaca permulaan.
No comments:
Post a Comment